Pages

Jumat, 08 Februari 2013

Bukan untuk riya' (Minggu 1)


Jadi begini, dosen Akuntansi Manajemen saya, Pak Alimuddin, punya tugas tiap minggu untuk tiap mahasiswa nya. Nama tugas nya itu “OLAH RASA”. Olah Rasa ini, Tugas nya yaitu menulis kebaikan-kebaikan ikhlas yang telah dilakukan dalam satu minggu. Kedengaran aneh kan ? tentu bukan hanya ini saja tugas nya, tugas-tugas perkuliahan pun tetap ada. Tugas menulis kebaikan ini mungkin di maksudkan agar kami selalu senantiasa terpacu untuk membuat kebaikan-kebaikan. Ternyata di tiap mata kuliah yang bapak ajar, semua mahasiswa nya di minta untuk membuat tugas semacam ini. Oke, jadi tulisan-tulisan saya nanti akan saya masukkan ke blog ini, bukan bermaksud untuk riya’. ya supaya lebih ramai lah isi blog ini.
 Oke ini tulisan kebaikan minggu pertama saya :

Seminggu ini, saya lebih banyak di rumah. Selain karena proses perkuliahan belum mulai, badan saya juga kurang sehat, beberapa hari saya terkena demam. Soal kebaikan yang dilakukan ? mungkin hanya sedikit seingat saya (Bukan berarti yang saya tidak ingat banyak). Bukan bermaksud untuk riya’, terkadang jika saya mengisi bensin di SPBU dekat pintu 1 atapun pintu 2 Unhas, di sana biasa nya, di depan SPBU tersebut ada pengemis yang duduk di depan pintu keluar . Dengan stelan yang kayaknya hampir seragam dengan semua pengemis di Makassar-duduk di atas kursi kecil yang di bawah nya di berikan roda (Untuk mempermudah jalannya, karena beberapa dari mereka kaki nya tidak lengkap sebelah alias cacat), baju compang-camping plus memegang timba di tangan nya-berharap belas kasihan dari orang-orang yang keluar dari SPBU. Kalau saya, jujur jika ada lembar seribuan maupun dua-ribuan di kantong, saya dengan senang hati untuk memberikan nya. Bukan kah sedekah memperlancar rejeki ? bukan kah dengan memberi justru akan semakin bertambah bukan berkurang ? Namun, terkadang saya berpikir, kalau mereka terus-menerus di beri dan di beri, ini justru akan membuat mereka keenakan dan cenderung malas. Bukan kah kita dituntut untuk berusaha ? memang sih mereka juga berusaha (Panas-panasan di depan SPBU) tetapi jika hanya bermodal “Menyodorkan tangan ?” ya sama saja meminta.
(Ilustrasi pengemis, sumber : google.com)


Saya lebih menghargai orang yang melakukan pekerjaan apapun (yang halal tentu nya) demi mendapatkan rejeki. Termasuk Juru parkir. Jadi begini, hari rabu tanggal 6 feb, kira-kira jam 10 pagi, saya singgah di Atm BNI dekat Rumah Sakit Unhas. Di ATM ini, terdapat juru parkir yang usia nya kira-kira sudah 50 tahun ke atas. Badan nya kurus kering, kulit nya agak hitam, tapi semangat nya masih merah menyala. Saya, tiap mau ke ATM ini, selalu saja saya sengaja parkir agak jauh. tentu karena malas bayar uang parkir. Bayangkan, hanya beberapa menit kita di mesin ATM, keluar mesti bayar seribu. Tetapi hari itu entah mengapa saya parkir langsung tepat di depan mesin ATM nya. Setelah selesai menarik uang, saya kembali ke motor, duduk sejenak sambil mengamati juru parkir ini. Juru Parkir tua itu pun sudah berdiri berharap saya membayar retribusi parkirnya. Tiba-tiba dalam hati saya bergumam “Kasihan juga ini bapak, dia bekerja untuk mendapatkan rejeki ketimbang mengemis.  Apakah saya pantas untuk menghambat rejeki nya ? “ saya pun mengambil seribuan dari kantong celana lalu memberikannya. Juru parkir itu tersenyum, dan saya pun langsung pergi.
Jadi inti nya begini, setiap makhluk, pasti rejeki nya sudah di atur oleh ALLAH, termasuk juru parkir tua tadi. Rejeki itu ada yang datang langsung dan ada yang di beri ALLAH lewat perantara. Contoh, pedagang, Perantara rejeki nya ya tentu lewat pembeli nya. Menurut saya, perantara rejeki bagi juru parkir tadi ya tentu orang-orang yang membayar retribusi parkirnya. Apakah masih tega kita menganggap hal-hal remeh seperti membayar retribusi parkir ? kita bisa jadi menghambat rejeki mereka loh.  itu lah kebaikan yang saya rasa saya lakukan minggu ini. Agak aneh ya,  Meski hanya membayar retribusi parkir. Sekali lagi. Bukan untuk riya’.





0 komentar:

Posting Komentar