Jadi
begini, dosen Akuntansi Manajemen saya, Pak
Alimuddin, punya tugas tiap minggu untuk tiap mahasiswa nya. Nama tugas nya
itu “OLAH RASA”. Olah Rasa ini, Tugas nya yaitu menulis kebaikan-kebaikan ikhlas yang telah dilakukan dalam
satu minggu. Kedengaran aneh kan ? tentu bukan hanya ini saja tugas nya,
tugas-tugas perkuliahan pun tetap ada. Tugas menulis kebaikan ini mungkin di
maksudkan agar kami selalu senantiasa terpacu untuk membuat kebaikan-kebaikan.
Ternyata di tiap mata kuliah yang bapak ajar, semua mahasiswa nya di minta
untuk membuat tugas semacam ini. Oke, jadi tulisan-tulisan saya nanti akan saya
masukkan ke blog ini, bukan bermaksud untuk riya’. ya supaya lebih ramai lah
isi blog ini.
Oke ini tulisan kebaikan minggu pertama saya :
Seminggu ini, saya lebih banyak di
rumah. Selain karena proses perkuliahan belum mulai, badan saya juga kurang
sehat, beberapa hari saya terkena demam. Soal kebaikan yang dilakukan ? mungkin
hanya sedikit seingat saya (Bukan berarti yang saya tidak ingat banyak). Bukan
bermaksud untuk riya’, terkadang jika saya mengisi bensin di SPBU dekat pintu 1
atapun pintu 2 Unhas, di sana biasa nya, di depan SPBU tersebut ada pengemis
yang duduk di depan pintu keluar . Dengan stelan yang kayaknya hampir seragam
dengan semua pengemis di Makassar-duduk di atas kursi kecil yang di bawah nya
di berikan roda (Untuk mempermudah jalannya, karena beberapa dari mereka kaki
nya tidak lengkap sebelah alias cacat), baju compang-camping plus memegang
timba di tangan nya-berharap belas kasihan dari orang-orang yang keluar dari
SPBU. Kalau saya, jujur jika ada lembar seribuan maupun dua-ribuan di kantong,
saya dengan senang hati untuk memberikan nya. Bukan kah sedekah memperlancar
rejeki ? bukan kah dengan memberi justru akan semakin bertambah bukan berkurang
? Namun, terkadang saya berpikir, kalau mereka terus-menerus di beri dan di
beri, ini justru akan membuat mereka keenakan dan cenderung malas. Bukan kah
kita dituntut untuk berusaha ? memang sih mereka juga berusaha (Panas-panasan
di depan SPBU) tetapi jika hanya bermodal “Menyodorkan tangan ?” ya sama saja
meminta.
(Ilustrasi pengemis, sumber : google.com)
Saya lebih menghargai orang yang
melakukan pekerjaan apapun (yang halal tentu nya) demi mendapatkan rejeki.
Termasuk Juru parkir. Jadi begini, hari rabu tanggal 6 feb, kira-kira jam 10
pagi, saya singgah di Atm BNI dekat Rumah Sakit Unhas. Di ATM ini, terdapat
juru parkir yang usia nya kira-kira sudah 50 tahun ke atas. Badan nya kurus
kering, kulit nya agak hitam, tapi semangat nya masih merah menyala. Saya, tiap
mau ke ATM ini, selalu saja saya sengaja parkir agak jauh. tentu karena malas
bayar uang parkir. Bayangkan, hanya beberapa menit kita di mesin ATM, keluar mesti
bayar seribu. Tetapi hari itu entah mengapa saya parkir langsung tepat di depan
mesin ATM nya. Setelah selesai menarik uang, saya kembali ke motor, duduk
sejenak sambil mengamati juru parkir ini. Juru Parkir tua itu pun sudah berdiri
berharap saya membayar retribusi parkirnya. Tiba-tiba dalam hati saya bergumam “Kasihan juga ini bapak, dia bekerja untuk
mendapatkan rejeki ketimbang mengemis. Apakah saya pantas untuk menghambat rejeki nya
? “ saya pun mengambil seribuan dari kantong celana lalu memberikannya.
Juru parkir itu tersenyum, dan saya pun langsung pergi.
Jadi inti nya begini, setiap
makhluk, pasti rejeki nya sudah di atur oleh ALLAH, termasuk juru parkir tua
tadi. Rejeki itu ada yang datang langsung dan ada yang di beri ALLAH lewat
perantara. Contoh, pedagang, Perantara rejeki nya ya tentu lewat pembeli nya.
Menurut saya, perantara rejeki bagi juru parkir tadi ya tentu orang-orang yang
membayar retribusi parkirnya. Apakah masih tega kita menganggap hal-hal remeh
seperti membayar retribusi parkir ? kita bisa jadi menghambat rejeki mereka
loh. itu lah kebaikan yang saya rasa
saya lakukan minggu ini. Agak aneh ya,
Meski hanya membayar retribusi parkir. Sekali lagi. Bukan untuk riya’.
0 komentar:
Posting Komentar