Pages

Minggu, 31 Maret 2013

Absurd tengah malam


Malam yang dingin kembali datang.
1:09 AM, waktu jelas terpampang.
Dalam hati bertanya, masih bisa kah bertemu pagi ?
Hati bertanya, lagi dan lagi……..

Seperti malam sebelumnya, terasa sangat panjang
Yang aneh mata ini kok tak bosan-bosan ?
Mie instan pun menjadi solusi
Oh ternyata lapar, perut ku minta di isi…..

Entah mengapa mata ini sulit terpejam,
Seandainya segampang lampu, sekali klik langsung padam,
Matahari, tolong nanti beri aku tanda
Hangat sinar mu menyapa, berarti pagi itu masih ada…..

Rabu, 06 Maret 2013

Gagal Ikhlas



Hari itu ada 2 mata kuliah, jadwal kuliah di mulai pukul 10.05 dan berakhir 15.30, selesai kuliah dan shalat ashar di masjid fakultas, saya langsung ke lapangan 1 Unhas untuk latihan sepakbola. Capek ? tentu saja, apa lagi malam nya saya tidur jam 2 dini hari. Lengkaplah rasa lelah yang menghinggapi badan ini. Pulang dari kampus, saya mandi lalu sholat maghrib, setelah sholat maghrib saya ingin tidur sejenak dengan bermaksud melepas lelah. Kira-kira baru 10 menit mata terpejam, telepon genggam saya berbunyi, saya meraihnya. dengan membuka mata sedikit, saya melihat identitas dari penelpon, ternyata om saya yang di BTP.Bisa ke rumah dulu ? saya lagi di luar kota, itu tante mu minta tolong, ada yang mau na suruh kan ko”. “Oh ia om tunggu mi sebentar”. Saya lalu siap-siap dan langsung bergegas pergi ke BTP. Jarak dari rumah yang saya tinggali ke BTP tidak terlalu jauh, jadi hanya butuh waktu sekitar 5 menit menuju ke sana.
Tiba disana, Tante menyambut saya, setelah berbincang sedikit, ternyata hal yang mau disuruhkan ke saya itu adalah hanya membuang (maaf) bangkai tikus mati yang ada di bawah rak sepatu. bangkai tikus broooooooo !!!!!!!! sisi tidak baik saya tiba-tiba berbisik “Bro, kamu mengorbankan waktu istirahat hanya untuk hal begini ?”. “Bro, bantu mi, kau itu, rajin-rajin ko, siapa lagi yang mau disuruh kalau bukan kau, masa tante mu yang harus buang itu bangkai ?” sisi baik saya mencoba untuk mengimbangi hasutan dari sisi tidak baik. ok, saya setuju dengan sisi baik saya. Kalau bukan saya, siapa lagi ? Om saya ini memiliki dua anak. Yang sulung itu perempuan kelas 3 SMA, masa perempuan disuruh beginian ? Anak kedua nya itu laki-laki kelas 6 SD, masih kecil. Akhirnya saya membuang bangkai itu,  setelah itu tante menyuruh saya makan malam dulu baru pulang.
 Ah, kali ini saya rasa saya tidak ikhlas membantu, harus melalui pertentangan batin dulu. Ikhlas disaat capek bagi saya susah. Saya hanya memikirkan kenyamanan diri saya sendiri, tidak memikirkan kenyamanan keluarga Om yang terganggu dengan bau dari bangkai tersebut.